Itu tadi, sebelum Arunika sadar pemuda itu memiliki tato menyeramkan di lengannya.
Ia sendiri tidak tahu tatapan apa yang ia berikan sampai gadis di depannya menelan ludahnya sendiri.
Arunika menangkupkan tangannya di wajah, berharap pemuda itu tidak mengenali dirinya.
Arunika hanya menggeleng lembut, canggung untuk memanggil Bagaskara dengan sapaan pak atau mas.
Pemuda itu menoleh setelah cukup lama pertanyaannya tidak digubris.
NextMelihat Ayah menangis sebegitu pilu, mendengar Bunda mengucapkan kalimat-kalimat tidak perlu.
Kalau dulu ia harus berdiri di trotoar menunggu taksi melintas, sekarang ia bisa memesannya. Sementara mobil terus mendekati tujuan yang ia maksud sama.
NextArunika segera keluar meninggalkan mobil.
Arunika masih bertahan di kantor, memilih lembur untuk menghindari ajakan Bagaskara. Waktu membawa banyak perubahan.
NextAku pun saat ini sepertinya, tersenyum yang juga ia sukai.
Atau mungkin kamu mau manggil saya mas selama di kantor juga? Matanya mencari ke arah sumber suara, tapi tidak menemukan siapa.
NextArunika menunjuk dirinya sendiri.